Senin, 16 Juli 2012

sajak-sajak


Jemput Mimpimu

Lis, jemput aku di jembatan biru itu
Bawa sepeda ontel yang biasa menemani perjalananmu untuk menemukan jati dirimu
Aku menunggumu disini.
Bersegeralah dengan sambutmu juga, jangan buat aku lelah
Aku hanya ingin membuatmu menerima yang kubawa dengan tanganmu sendiri…
Kali ini, saatnya kau belajar arti hidup sebenarnya. Jangan selalu kau permainkan seperti ini
Lis, jika nanti kau berhasil temui aku dan berhasil mendapati apa yang hendak aku berikan
Peganglah erat, jangan kau jatuhkan lagi. Kali ini adalah mimpi yang dahulu kau ajungkan
Dan lipatlah apa yang tertulis selesai kau baca
Jalanilah… jangan menoleh lagi. Itu sudah milikmu.

                                                                                                             Malang, Maret 2012

Reinkarnasi Patah

Masih lumpur
Pada hati yang dahulu beku
Bukan tidak bosan
Lebih lelah
Dan terasa mati
            Hanya ingin merdeka dari pikiran-pikiran kritis
Hidup atau mati bukan harga mati
Masih ada kebijaksanaan memilih
Yang koma
            Hanya ingin merdeka dari pikiran-pikiran autis
Karena ada hak bagiku untuk hidup layaknya aku
Ada hak bagiku memilih jalanku
            Hanya ingin merdeka dari pikiran-pikiran apatis
Agar aku tak mati karena jajahan
Agar aku tak mati tanpa namaku sendiri… karena tak merdeka dari jeratan pikiran orang lain.

Malang, April 2012
Lukisan Klasik
Masih dengan lukisan klasik
Tentang sepotong senja dengan taburan misis coklat
Hari ini.
Sama dengan hari yang lalu
Meski rasanya rada tawar, berbeda dengan rasa semasih kamu yang menemani aku mencicipinya
Dan sore ini, kembali lagi…
Bukan hanya rasa potongan senja itu, tapi kau juga tawar dihadapanku
Tak sama seperti saat dahulu kau menyalamiku dengan salam sambilo melirikkan matamu pada senja yang klasiknya membuat kita menikmati ujung sore itu

                                                                                                             Malang, April 2012

Tumbang Musim, Kita
Aku lupa memainkan patahan kata menjadi puisi
Lupa tentang inspirasi juga diksi
Yang ada, lekat. Hanya kau yang selalu menjadi jejak menghantu di pikirku
Memainkan nada jantungku
Dan sesekali kau sunyikan
Hingga semua menghilang
Sampai detak nadiku saat ini, sudah tak ada lagi cerita tentang sajak, inspirasi dan kamu.
Semua tumbang di April yang tertanggal kemarau musim
Kisah kita telah mati. Di sini.

Malang, 11 April 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar