MENG-AUFKLARUNGKAN IDENTITAS MAHASISWA YANG HAKIKI
Oleh: Munawara
Mahasiswa Universitas Tribhuwana
Agen of change!!
Agen of control!!
Dua paduan kata yang tak asing lagi diteriakkan. Yang terlampau sudah menjadi pembahasan basi bagi para pemuda yang terdidik meski sampai saat ini masih tak mampu menemukan ujung jawaban akan pernyataan hal tersebut.
Maka, kembali kita harus mencari titik jawab atas keberadaan pemuda,
Mengidentifikasi siapa dan dimana sosok pemuda bernama mahasiswa, yang merupakan objek teristemewa yang dipercaya untuk mrengemban amanah pada bangsa?
Dasawarsa ini, banyak sekali pertanyaan yang seakan didiamkan dan dibirkan berlalu tanpa membawa jawaban yang memuaskan dan memastikan. Tentang perjuangan yang seakan terbawa kesenangan yang melampaui batas, kepercayaaan diri dan kepedulian akan luar diri yang sudah tanpa nama dan tanggung jawab. Dimana tak ada lain disitu adalah lakon yang dianggap yang terdidik. Lakon serta ulah mereka yang dipercaya mampu mengemban amanah menjadi sebuah keberkahan. Dialah kita. Pemuda terdidik yang tak asing lagi disebut mahasiswa.
Mahasiswa? Pemuda-pemudi yang akan menciptakan ketentraman Negara. Pemuda-pemudi yang dipercaya memegang kertas bertuliskan perjanjian berjuang menjadi yang terdepan, membela kebenaran dan membangun keadilan. Dimana dengan simpulan itu, sangat tidak mudah untuk diraih sembarang orang disembarang waktu. Maka, perlulah kembali dicari siapa dan seperti apa pemuda bertitelkan mahasiswa yang seakan di jadikan pendekar oleh suatu bangsa. Yang tak luput dari segala harapan bangsa yang ditumpuk untuk diembankan pada yang dipercaya. Lagi-lagi mahasiswa. Lalu, dimanakah dan bagaimana peran mahasiswa menyikapi hal ini? Sedang ia adalah pemuda yang masih terikat dengan berbagai hal. Bukan hanya diikat oleh beban yang diembankan padanya oleh suatu bangsa. Akan tetapi ia masih memilki banyak hal yang mungkin bias menjadi kewajiban bagi dirinya dan masa depannya. tentang peran yang juga ia miliki dikeakademikan, dikeluarga bahkan terpenting bagi dirinya sendiri. Belumlah terpikir tentang apa dan mau bagaimana untuk negaranya.
Untuk memahami kembali siapa dan seperti apa mahasiswa yang berada sekarang, maka kita pula harus kembali mengingat akan kategori atau pembagian mahasiswa yang mampu terbaca. Seperti apa yang telah diujarkan oleh sahabati Atiq, yang merupakan pengurus PMII cabang Malang sekaligus orang yang cukup berpengalaman didalam hal akademik juga organisasi. Beliau sempat menjelaskan akan bagian dari mahasiswa saat ini. Yaitu, yang pertama, mahasiswa itu adalah mahasiswa akademik. Dimana dalam setiap waktunya dia hanaya bergelut dengan hal yang berkaitan dengan mata kuliahnya. Belajar, mengunjungi perpust, masuk kelas lalu pulang ke kost atau rumah. Artinya, dia hanaya membatasi dirinyua sebagai mahasiswa dibidang itu. Yang kedua, mahasiswa romantis. Dimana mahasiswa ini lebih condrong memikirkan atau memusatkan pikirannya pada arah perasaan. Semisal bermain-main dengan para cewek dikampus atau bahkan diluar kampusnya. Dia tidak terlalu memperhatikan akan keakademikannya atau yang lain dari pada hal itu. Yang ketiga, mahasiswa ini hanya hura-hura. Dimana ia masuk keperguruan tinggi untuk bias mendapatkan title mahasiswa yang dianggap gaya atau bahkan paling jago. Juga dia yang sebatas hanay mencari pengalaman belaka serta mengharap ijazah saja. Dimana dengan pikirannya, dengan ijazah ia dapat dan pantas disebut sebagai mahasiswa dan akan diterima diperusahaan manapun atas ijazahnya. Yang terakhir, adalah ia mahasiswa yang aktivis. Organisatoris. Dimana disini dia berpikir bahwa dengan bergerak diluar ruang kuliah dia akan mendapatkan banyak hal yang tidak mampu ia dapatkan diruang kuliah. Karena dengan memnajadi organisatoris ia juga berpikiran akan memulai gerakannya sehingga ia benar-brenar mencapai puncak dimana seorang pemuda itu pantas dikatakan mahasiswa.
Maka, setelah terperinci bagian dari pemuda atau mahasiswa seperti diatas. Lalu seperti apakah mahasiswa yang hakiki itu? Mahasiswa yang akan mampu membawa amanah menjadi berkah bagi seluruhnya, tidak hanya pada pribadinya.
Tanpa berpikir terlalu panjang, maka tak dapat dipungkiri, dialah mahasiswa yang ideal, mahasiswa yang benar-benar berhasil mencapai puncak atas lebelnya sebagai mahasiswa tangan bangsa. Dialah mahasiswa yang mampu memadukan dari keempat aspek tersebut dengan baik dan seimbang tanpa ada ketimpangan fungsi dan perannaya dalam satu waktu. Dialah mahasiswa akademik yang juga ikut serta dalam pergerakan organisasi, dia pula yang juga tak lupa memikirkan akan pribadinya untuk kelangsungan hidupnya. Karena dengan perpaduan akademik dan organisasi ini, ia akan menjadi mahasiswa yang berintelektual dan bersahaja dalam menyikapi banyak hal. Serta dengan perpaduan antara akademik dan organisasi ia dapat menajdi terdidik dan berpengetahuan dalam menjalankan akan suatu oraganisasinya tersebut. Tapi perlu diingat, dalam pengertian hal ini, mahasiswa tersebut haruslah benar-benar mampu mengatur waktu dan memenej dirinya. Karena dengan itulah tak akan terjadi yang namanya ketimpangan fungsi dan peran dirinya.
Jiaka nyatanya sampai saat ini belumlah ditemukan mahasiswa yang seperti itu, maka perlulah kita kembalikan pertanyaan diatas pada diri kita masing-masing. Benarkah kita sudah pantas menduduki kursi kuliah yang menjadikan kita disebut sebagai mahasisawa? Ataukah, kita akan tetap diam. Tak menyadari atau bahkan berpura-pura tidak menyadari akan peran dan fungsi kuta sebagai pemuda yang memang meliki kewajiban untuk mempertahankan kemerdekaan Negara dengan intelektual dan emosional para pemuda yang mampu dan berani menggerakkan dirinya membuat suatu perubahan pada yang lebih baik?
Seperti apa yang telah dikatakan oleh Sholihkin Abu Izzuddin “Kita adalah apa yang kita kerjakan berulang-ulang. Karena itu, keunggulan bukanlah suatu perbuatan, melainkan sebuah kebiasaan”.
Maka sepantasnyalah dari detik ini, mahasiswa harus menanamkan sikap yang baik yang akan menjadi cerminan diri kita. Dan berani melepaskan hal-hal yang dipikir kurang berguna bagi kehidupan masa depan dan bangsanya. Marilah, tunjukkan akan gerakan sportif, kreatif, dan prilaku positif untuk benar-benar mencapai puncak pada sebuah gemilang perubahan yang dahsyat yang memang diharapkan oleh bangsa kita. Karena jika bukan kita sebagai mahasiswa yang menyadari akan hal ini, siapa lagi? Sedang para atasan sudah tak memilki banyak waktu untuk berpikir akan nasib bangsa. Para orang tua juga kurang memilki senjata tangguh untuk menteriakkan suaranya yang sudah parau. Anak kecilpun masihlah kurang mampu untuk menyaringakan suaranya yang masih terlalu syahdu. Inilah bagian kita sebagai pemuda tegak, tangguh dan tegas untuk menjadi tangan kaki para bangsa. Menghidupkan keadilan, ketentraman dan kemerdekaan bangsa serta Negara. Kitalah. Mahasiswalah yang mampu mewujudkan akan suara-suara dan gerakan para bangsa yang terisolasi dan terpuruk. Suara kitalah, gerakan kitalah yang mampu dilihat mampu mengikat dan menggenggam kecerahan bangsa kita. Perlulah kita bangun. Menyadari hal itu. Karena dialah, mahasiswa yang hakiki yang mampu kembali mewujudkan harapan dan mimpi-mimpi bangsa dan Negara!!!
BIODATA PENULIS
Nama: Munawara
Nama Pena: Rara Zarary
Alamat:
Asal: Jl. MI Tarbiyatus Shibyan Lenteng Barat Lenteng sumenep
Di Malang: Jl. Tlaga Warna Blok D 2 Tlogo Mas Malang
Status: Mahasiswa
Jurusan: Ilmu komunikasi Universitas Tribhuwana TunggaDewi Malang
Tulisan: Opini
Tujuan: Malang pos
No. hp: 087850218014
Pengalaman Organisasi:
- Pengurus Rayon Fisip PMII Unitri
- Crew Pena Kampus Unitri
- Crew Majalah Komisariat PMII
- Tim Advokasi Kota Malang
Pengalaman penulisan:
- Cerpen, di majalah pesantren Annuqayah
- Opini, di majalah Inspirasi MA 1 Putri Annuqayah
- Cerpen. Antologi Annuqayah
- Puisi, Di majalah, bulletin pesantren annuqayah
- Opini, Tri media Unitri Malang
- Cerpen, Opini, bulletin Pena kampus Unitri Malang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar